Friday, December 01, 2006

TV vs Real World

Pelarangan tayangan SmackDown memang bagus dan saya sangat mendukung sekali, karena sejak dari dulu sangat disayangkan tayangan yang penuh kekerasan dan saya sendiri belum menemukan dimana unsur kebaikan atau malah pendidikannya, kecuali ide membuat hiburan diatas penderitaan orang lain. Memang sih para pemain SmackDown yang disebut-sebut pegulat profesional mendapat bayaran untuk penderitaan mereka, tetapi mungkin bener untung gak sih kalo ujung2nya si pemain sampai koma berbulan-bulan.

Tetapi yang sangat memprihatinkan adalah kenyataan bahwa tayangan tersebut baru dihentikan setelah timbul korban jiwa. Pengusaha yang menayangkan acara tersebut jelas bukan pengusaha yang punya hati dan pandangan ke depan yang baik untuk bangsa, yang penting untung dan ratingnya tinggi sehingga dapat pemasukan iklan yang banyak. Di sini peran kontrol masyarakatlah yang tidak berjalan dengan baik, lagi-lagi pemerintah dipertanyakan kerjanya. Cuap-cuap pemerintah beberapa kali yang menyuarakan "demi anak cucu bangsa" terutama kalo mau menaikkan harga atau rakyat (lagi-lagi) disuruh hemat atau fasilitasnya dikurangi, tidak memberikan perlindungan yang baik bagi mereka anak cucu bangsanya sendiri, mungkin malah belum diperhatikan.

Lagi-lagi anak-anak menjadi korban. Akibat orang dewasa yang kurang perhatian. Secara insting, semua orang yang menonton tayangan smackdown akan mempelajari semua teknik berkelahinya, dan setelah itu merasa bahwa merekapun bisa, kadang ingin dipraktekkan. Saya belum membaca studi mengenai pengaruh tayangan smackdown terhadap prilaku brutal masyarakat sih, tapi saya kira ada hubungannya. Saya kalo lagi gak sengaja lihat berita kriminal, suka ngeri sendiri lihat beritanya, segitu teganya manusia dengan manusia lainnya, bahkan kepada orang yang saya kira harusnya paling disayangpun orang tega. Demo-demopun banyak yang berakhir rusuh. Ada kejadian sedikit, ujung-ujungnya penyerbuan, berantem walau sebetulnya cuma berani main keroyokan, sampai perang antar desa. Saya yakin ada pengaruhnya semua itu dengan apa yang ada di televisi.

Lebih lanjut menurut saya, setelah tayangan SmackDown dihentikan, maka dipelajari lagi mana tayangan2 yang banyak menampilkan adegan kekerasan lalu dihentikan, tayangan berita kriminal yang mengerikan juga harus dihentikan, tayangan kriminal lebih membuat orang takut dibanding waspada. Kemudian tayangan sinetron yang kental memperlihatkan sisi materialistis dan hedonisme, iri dengki, serta kekerasan juga dihentikan. Lalu tayangan penuh gosip juga harusnya dihentikanlah.

Mungkinkah sudah terlalu jauh pengaruh televisi terhadap prilaku kehidupan masyarakat sekarang? Mungkinkah televisi sudah menjadi panutan bermasyarakat?

Asset paling berharga yang kita punya adalah hati dan pikiran kita. Kekuatan pikiran sangat besar dan dahsyat. Pikiran adalah nakhoda prilaku. Pikiran yang baik akan membuat prilaku baik dan kebahagiaan, tetapi sebaliknya untuk pikiran tidak baik. Dulu ibu saya pernah bilang, "hati-hati dengan apa yang saya ucapkan, kalo malaikat mencatat maka hal itu bisa jadi kenyataan." Misal waktu dulu saya suka bilang "aduh bego banget sih" kalo saya sedang atau baru menemukan solusi dari suatu masalah (biasanya sih kerjaan sekolah), tapi sekarang udah nggak. Ucapan aja begitu, apalagi pikiran. Yang mempengaruhi pikiran adalah hati. Kata Aa Gym, "jagalah hati, jangan kau kotori....", hati yang terjaga bisa dilihat dari pikiran dan prilaku yang baik.

Jadi jaga hati, pikiran, dan prilaku kita dan anak cucu kita dari hal-hal yang buruk, dari contoh yang tidak baik, dan dari tayangan-tayangan tidak berguna.

Semoga kebahagiaan menjadi milik kita semua, amin.